pada hari yang sama, yang kurasa...
01.07.07—16:50
hai! Ternyata aku masih kurang terima atas tindakan kamu. Semalam aku mimpi jelek tentang kamu. Ternyata kamu ngebohongin aku lebih dari yang aku kira. Aku sebenernya ga peduli. Toh kita udah mutusin yang terbaik untuk kita. Setiap mimpiku di masa lalu selalu benar, atau paling tidak, hampir benar. Entah kenapa, sepertinya aku punya kekuatan mendeteksi hal yang kurang berkenan. Makanya aku selalu berhasil memancingmu mengatakan yang sebenarnya berdasarkan mimpi dan kecurigaan yang datang padaku. Aku tahu kamu tidak bisa mengelak.
Aku juga tahu aku sudah sepakat melepaskanmu, tapi mimpiku tadi malam membuat kepercayaanku terhadapmu menjadi runtuh. Kamu seperti orang yang tak pernah ku kenal sebelumnya. Kamu tidak pernah berhasil menjaga perasaanku, malah berbohong padaku. Padahal sudah sejak lama aku katakan padamu, “jujur saja, aku bisa terima apapun itu.”
Yang membuatku sakit lagi adalah, ketika dahulu aku harus mengalah untuk menunggumu membereskan urusanmu, aku tahan untuk tidak segera melepaskanmu. Kini, ketika aku mau dan siap untuk menahanmu sampai waktu yang telah ditentukan, kau semena-mena membatalkan janji kita. Dengan alasan orang tua. TEGA!! Saat aku mulai menikmati hari-hari terakhir kita, kamu malah menghancurkannya…
Dan, JUJUR, aku tidak bisa seperti yang kau harapkan.
Maafkan aku…
01.07.07—20:50
terlalu sakit untuk diingat, terlalu menyiksa untuk dikenang.
Kalau ada godaan masa lalu itu hinggap dipikiranku, aku selalu ingin menangis dan teriak. Aku tak sanggup lagi membayangkannya. Aku tak mau lagi mengenangnya. Terlalu indah untuk dilupakan, namun terlalu riskan untuk diulang.
Ya sudah, kita sudahi saja ya. Aku terlalu cemburu, aku terlalu pengecut. Pengecut kehilangan kamu. Aku memilih diam saat ini. Terlalu riskan untuk dekat dengan kamu. Aku tak sanggup. Izinkan aku jauh, dalam waktu dekat aku akan minggat! Jangan cari aku…
Kini aku tak sanggup menatapmu lama, kini aku tak sanggup di dekatmu lama. Tergoda masa lalu yang indah namun kelabu. Izinkan aku menghapusnya semauku. Mungkin aku tak bisa jalani janjiku. Ini yang terbaik…
Masa lalu, ya masa lalu. Indah tetap indah, sakit tetap sakit. Perpisahan akan selalu sakit bagaimanapun kemasannya…
Tak lagi aku dapat mengkhayalkan senyum manismu, namun rasa itu masih tertinggal. Berat rasanya aku rasakan untuk jauh dan menjauhimu. Namun aku tahu ini yang terbaik agar aku tidak kembali berbuat riskan.
Maafkan aku. Semoga kamu tahu makna semuanya…
0 Comments:
Post a Comment
<< Home