Tuesday, November 01, 2005

kerinduan yang mendalam

1 November 2005, 10.49pm

Dia hampir saja meninggalkanku, esok hari lebih tepatnya
Ketika mentari bertukar tugas dengan rembulan awal bulan,
Bukan purnama mungkin sabit.
Kubayangkan esok petang begitu meriah hantarkan Dia yang ’kan pergi, atau lebih tepatnya kebanyakan khalayak berhingar bingar menyambut fajar baru. Hari kemenangan. Hari kemerdekaan. Benarkah…
Well, hari yang tepat untuk berkumpul bersama keluarga, melebur rindu, bergurau masa lalu, mengikat bathin…dan sebagainya.
Hari kemenangan…
Mungkin. Tapi tidak bagiku. Aku masih belum bisa memenangkan kompetisi ini. Masih belum sanggup terlepas dari buaian dan belaian mesra kasur yang empuk, belum sempurna membasahi lisanku dengan bacaan-bacaan maha sempurna, belum dapat meneteskan air mata penuh harap ampunan dosa…
Aku belum merasakan kemenangan itu. Aku masih sering bercumbu dengan dunia fana ini, bermanja seolah ia akan selalu hadir untukku, merajut mimpi, meneteskan peluh demi syarat dan norma duniawi lainnya, mengukir kenangan bersama khalayak ramai…memanfaatkan waktu percuma dengan lamunan dan canda tawa!
Namun Dia, sangat sempurna hadir 29 hari yang lalu, yang awalnya kusambut dengan ceria dan suka cita. Kujanjikan pada diriku untuk selalu memanjakannya dengan peluh dan letihku untuk mendapatkan sayang dan mesranya memanjakan diriku suatu saat nanti. Namun janjiku tak dapat pula kusempurnakan, terlalu banyak kesombongan dalam diri, untuk menunda melayaninya, untuk biasa bersikap seolah Dia tak istimewa. Percuma saja aku sesali. Dia hampir pergi lagi. Tak kuasa lagi ku tahan tangis ini. Pastinya aku akan merindukannya amat sangat…
Relakah kau mengahampiriku lagi setahun ke depan? Menengok kepingan puing yang tak berbentuk ini? Semoga aku dapat menyambutmu lagi dengan ceria dan suka cita serta hidangan yang istimewa untukmu. Ku yakinkan, ini bukan saja untukmu namun besar maknanya juga untukku.
Sebuah kerinduan besar…aku sayang kau…
Maafkan aku tak menemanimu, tamu yang mulia…ampuni aku yang tak sempurna. Terlalu banyak tawa dalam hariku…terlalu banyak kekufuran dalam waktuku…
Ooh…
Haruskah aku menghadapi hari kemenangan itu? Pantaskah aku?
Namun semua ini adalah proses, waktu terus berjalan. Ia tetap akan datang dengan ramainya seisi rumah dengan khalayak yang lama tak ku jumpai dengan aneka kue yang jarang hadir, dengan beragam rasa masakan yang mungkin hanya muncul sekali semusim.
Uurgghh…akan ada banyak tawa lagi yang terungkap. Kebahagiaan terpancar dengan rata di setiap wajah penghuni bumi. Entah apa harapannya. Ku rasa aku harus belajar mencintainya. Memulai hari baru. Semoga Tuhan mengampuni…
Ku sambut kau, hari yang fitri. Aku akan merindukanmu bulan yang suci…
Ku harap kau akan menghampiriku di tahun yang asri nanti…

HAPPY IED MUBARAK

©dfqueenrisa

0 Comments:

Post a Comment

<< Home